WCS BERPERAN PENTING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Sejak Januari 2003, Wildlife Conservation Society (WCS) Asia Pacific Coral Reef Program bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk mendesain sistem pengelolaan ekosistem terumbu karang yang efektif di Balai Taman Nasional Karimunjawa. Program kolaboratif ini muncul karena kurangnya data ekologis dan sosial-ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di perairan Balai Taman Nasional Karimunjawa. Program yang dijalankan ini akan digunakan untuk mengembangkan sistem pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan di Balai Taman Nasional Karimunjawa. Tujuan utama program ini adalah untuk membangun data dasar ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, sehingga dapat digunakan untuk memetakan strategi-strategi pengelolaan yang paling tepat.
Temuan-temuan kunci dari survei di seluruh Karimunjawa ini adalah berdasarkan pada keragaman serta kelimpahan karang dan ikan karang yang relatif homogen, tergantung pada kondisi sumberdaya perairannya. Sebagian besar lokasi memiliki karakteristik keragaman dan kelimpahan fauna terumbu karang yang hampir sama antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Beberapa lokasi mempunyai perbedaan keragaman yang tinggi atau rendah, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola ini lebih menunjukkan tekanan-tekanan yang membentuk kondisi sumberdaya laut di Karimunjawa. Pola-pola keragaman karang yang nyaris tidak berbeda ini ditemukan di hampir seluruh kepulauan (misalnya karena dampak musim barat dan timur). Ditemukan perbedaan keragaman antara dua kedalaman yang berbeda dimana pada kedalaman 6–8 m, keragaman relatif lebih tinggi dibandingkan kedalaman 1–3 m. Hal ini menunjukkan keseragaman atau keragaman rendah di beberapa lokasi seperti pada rataan terumbu (reef flat) dan tubir (reef front dan reef crest) yang terbuka terhadap pengaruh musim (misalnya angin barat) dan hal ini merupakan kejadian alami. Lokasi-lokasi dengan penutupan karang dan keragaman yang rendah kemungkinan merupakan indikator adanya gangguan baik alami maupun antropogenik (misalnya aktifitas perikanan). Kerusakan karang yang tinggi tercatat ditemukan lebih banyak pada lokasi-lokasi yang dangkal dibandingkan yang dalam, hal ini mengindikasikan dampak musiman pada habitat terumbu dangkal.
Keseragaman relatif pada keragaman dan biomasa ikan karang di seluruh perairan Karimunjawa menunjukkan bahwa stok ikan di semua bagian wilayah desa memiliki tekanan penangkapan ikan yang relatif serupa. Keragaman dan kelimpahan ikan tertinggi ditemukan di lokasi-lokasi yang memiliki jarak lebih jauh dari pusat pemukiman. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan jarak terhadap populasi manusia dapat menjadi indikator kondisi ikan karang. Alat tangkap yang tertinggal juga memperlihatkan bahwa pola geografis tidak menunjukkan tekanan penangkapan yang konsisten di seluruh Kepulauan Karimunjawa.
Temuan-temuan kunci dari survei di seluruh Karimunjawa ini adalah berdasarkan pada keragaman serta kelimpahan karang dan ikan karang yang relatif homogen, tergantung pada kondisi sumberdaya perairannya. Sebagian besar lokasi memiliki karakteristik keragaman dan kelimpahan fauna terumbu karang yang hampir sama antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Beberapa lokasi mempunyai perbedaan keragaman yang tinggi atau rendah, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola ini lebih menunjukkan tekanan-tekanan yang membentuk kondisi sumberdaya laut di Karimunjawa. Pola-pola keragaman karang yang nyaris tidak berbeda ini ditemukan di hampir seluruh kepulauan (misalnya karena dampak musim barat dan timur). Ditemukan perbedaan keragaman antara dua kedalaman yang berbeda dimana pada kedalaman 6–8 m, keragaman relatif lebih tinggi dibandingkan kedalaman 1–3 m. Hal ini menunjukkan keseragaman atau keragaman rendah di beberapa lokasi seperti pada rataan terumbu (reef flat) dan tubir (reef front dan reef crest) yang terbuka terhadap pengaruh musim (misalnya angin barat) dan hal ini merupakan kejadian alami. Lokasi-lokasi dengan penutupan karang dan keragaman yang rendah kemungkinan merupakan indikator adanya gangguan baik alami maupun antropogenik (misalnya aktifitas perikanan). Kerusakan karang yang tinggi tercatat ditemukan lebih banyak pada lokasi-lokasi yang dangkal dibandingkan yang dalam, hal ini mengindikasikan dampak musiman pada habitat terumbu dangkal.
Keseragaman relatif pada keragaman dan biomasa ikan karang di seluruh perairan Karimunjawa menunjukkan bahwa stok ikan di semua bagian wilayah desa memiliki tekanan penangkapan ikan yang relatif serupa. Keragaman dan kelimpahan ikan tertinggi ditemukan di lokasi-lokasi yang memiliki jarak lebih jauh dari pusat pemukiman. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan jarak terhadap populasi manusia dapat menjadi indikator kondisi ikan karang. Alat tangkap yang tertinggal juga memperlihatkan bahwa pola geografis tidak menunjukkan tekanan penangkapan yang konsisten di seluruh Kepulauan Karimunjawa.
Posting Komentar untuk "LSM LINGKUNGAN DI KARIMUNJAWA"
Selamat datang di Biro Wisata Kurnia Karimunjawa Tour Travel, Silahkan Bertanya Disini