Team Tour Karimunjawa akan melanjutkan pembahasan mengenai Prediksi waktu spawning di Karimunjawa pada post lalu. disini saya akan membagikan kepada teman-teman mengenai materi dan metode yang di gunakan untuk melakukan penelitian mengenai spawning masal karang Acropora di Seruni, Karimunjawa.
Spawning Karimunjawa
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebulan sekali pada bulan Februari, Maret dan April 2010. Pengambilan sampel dilakukan sekitar bulan purnama karena pada waktu-waktu tersebut umumnya Acropora dilaporkan memijah seperti di Great Barrier Reef-Australia (Willis et al., 1985), Lombok NTB (Bachtiar, 2001), dan Laut Merah (Hanafy et al, 2009).
Spawning Karimunjawa
Penelitian dilakukan di Pulau Seruni Kepulauan Karimun jawa dengan titik koordinat (S 05º 51’ 39.9“, E 110º 35’ 07.3“). Sampling dilakukan sebanyak tiga kali seperti yang tersaji pada Tabel 2 dibawah ini.
Spawning Karimunjawa
Materi penelitian
Materi penelitian yang digunakan kali ini adalah koloni karang Acropora. yaitu Acropora gomezi, A. hyacinthus, A. humilis, A. formosa dan A. brueggemanni. Sampel diambil di perairan dangkal dengan kedalaman satu hingga satu setengah meter di Pulau Seruni Karimun Jawa.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah peralatan lapangan, seperti alat snorkling dan pengukur kualitas perairan tersaji dalam Tabel 3.
Spawning Karimunjawa
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui waktu terjadinya pemijahan masal di Pulau Seruni Kepulauan Karimunjawa Suryabrata (1992). Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bersifat ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel serta variabel dilihat sebagaimana adanya.
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi menggunakan studi pertimbangan (purposive sampling method) yaitu penentuan lokasi pengambilan data berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti pada lokasi penelitian yang akan diamati dimaksudkan supaya data yang diperoleh dapat memberikan estimasi yang akurat sesuai tujuan penelitian.
Pertimbangan penentuan lokasi pengamatan mengacu pada sebaran ekosistem terumbu karang khususnya Genus Acropora yang terdapat di perairan Pulau Seruni. Penentuan lokasi juga di ditentukan berdasarkan kondisi perairan yang jernih dan tidak berarus kencang, yang secara teknis mempermudah untuk penganbilan sampel. Penelitian dilakukan di sisi timur Pulau Seruni. Lokasi penelitian merupakan daerah yang berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai, dengan kedalaman 1 sampai 1,5 meter, peta lokasi penelitian dapat dilihat pada (Gambar 3). Penelitian dilakukan di perairan dangkal, hal ini bertujuan untuk mendapatkan koloni Acropora sampel secara maksimal. Menurut Johan (2003), Genus Acropora berlimpah di daerah yang dangkal karena mendapatkan energi cahaya matahari yang cukup.
Pengambilan Data
a. Kelimpahan Karang Acropora
Penghitungan persentase tutupan karang penting dilakukan untuk melihat proporsi jumlah karang Genus Acropora terhadap jumlah keseluruhan karang di bagian timur Pulau Seruni.
Pengambilan data dilakukan dengan dasar metode Line Intercept Transect (LIT), metode ini merupakan teknik yang dikembangkan dalam ekologi tumbuhan terrestrial dan diadopsi / diterapkan dalam ekologi terumbu karang (English et al, 1997). English et al (1997), menyebutkan bahwa metoda transek perpotongan garis ini digunakan untuk mengestimasi penutupan obyek atau kumpulan obyek (dalam hal ini karang) yang ada di area tertentu dengan cara menghitung panjang bagian yang dilalui transek. Selanjutnya transek dipasang sejajar garis pantai sepanjang 100 meter. Metode ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan genus karang Acropora di suatu wilayah.
Pengamatan LIT ini dilakukan dengan berenang menggunakan alat skin dive (snorkeling) pada kedalaman 1 meter. Pengambilan data pada perairan dangkal diasumsikan bahwa karang Acropora biasanya tumbuh dengan baik karena mendapatkan energy cahaya matahari yang cukup.
Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat genus karang yang ditemukan sepanjang transek garis. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan sabak dan pensil. Koloni karang yang berada di bawah garis transek diukur dengan mengikuti pola pertumbuhan koloni karang dengan ketelitian mendekati sentimeter.
b. Pengambilan Sampel
Sebelum dilakukan pengambilan sampel langkah awal yaitu melihat kondisi kerapatan karang Genus Acropora secara visual di Pulau Seruni Karimun Jawa dengan cara snorkling. Sampel diambil pada kedalaman antara 0.5 – 1.5 meter dikarenakan pada kedalam tersebut banyak terdapat karang Genus Acropora.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Hanafy et al (2009), yaitu dengan cara mengambil karang Genus Acropora di satu titik lokasi secara acak berdasarkan jam berenang.
Menggunakan alat bantu tang potong cabang karang Genus Acropora dipotong 3-5 cm dari ujung cabang. Guna melihat kematangan telur satu koloni karang, diambil maksimal 3 cabang dengan ketentuan jika cabang pertama dan kedua belum memperlihatkan ciri-ciri matang telur (Lampiran 3). Karang yang telah diambil datanya kemudian diberi tagging agar tidak terjadi pengulangan dalam pengambilan sampel.
Dokumentasi dilakukan sesudah mengidentifikasi status reproduksi sampel pada setiap koloni. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan sabak dan pensil. Proses pencatatan kondisi status reproduksi dilakukan dalam air secara langsung setelah cabang dipatahkan. Hal ini dilakukan agar kondisi telur pada karang tidak lepas dari cabang akibat terkena arus. Setelah mendapatkan hasil, koloni diberi tagging menggunakan kertas mika yang telah diberi nomer dan cable ties (klem plastik) untuk merekatkan mika pada cabang koloni.
Metode Analisa Data
a. Persentase Tutupan Karang
Persentase penutupan karang hidup diperoleh dari jumlah persen penutupan karang batu dan karang lunak sepanjang transek. Menurut English et al (1997), Persentase penutupan koloni karang ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan,
ni = Persentase penutupan koloni karang (%)
li = Panjang koloni karang per panjang transek garis (cm)
L = Panjang total transek (cm)
Pembagian kategori penutupan karang sesuai dengan pendekatan Gomez dan Yap (1988) adalah:
75 – 100 % : sangat baik
50 – 75% : baik
25 – 50% : sedang
0 – 25% : buruk
Hasil penutupan karang hidup yang tinggi menunjukkan keberadaan terumbu karang di daerah tersebut dalam kondisi sehat.
b. Penentuan Identifikasi Spesies Acropora
Penentuan jenis karang dilakukan dengan cara identifikasi visual menggunakan software Coral ID dan juga buku Acropora Staghorn Coral (Wallace, 2000). Proses identifikasi karang Acropora dilakukan setelah mendapatkan sampel di lokasi penelitian. Dengan cara mencocokkan bentuk fisik dan ciri-ciri pertumbuhan karang Acropora sampel yang berada di lokasi penelitian dengan Spesies Acropora yang terdapat di software Coral ID dan buku Acropora Staghorn Coral.
c. Penentuan Tingkat Kematangan Telur
Penentuan tingkat kematangan telur dilakukan sesuai prosedur Hanafy et al (2009), yaitu kondisi reproduksi ditentukan berdasarkan warna oosit (1) oosit matang (pigmented: warna merah, kuning, oranye); (2) oosit belum matang yang berwarna putih atau terlalu kecil sehingga tidak terlihat oleh mata dan (3) tidak ada oosit atau belum memasuki masa reproduksi. Gambar oosit matang/ pigmented dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.
Telur Karang Karimunjawa
Gambar 4. Warna telur matang saat spawning karang di Singapura (Stoddart dan Gilmour, 2004)
Untuk Metode Persentase Status Reproduksi akan bersambung di artikel selantjutnya.
Spawning Karimunjawa
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebulan sekali pada bulan Februari, Maret dan April 2010. Pengambilan sampel dilakukan sekitar bulan purnama karena pada waktu-waktu tersebut umumnya Acropora dilaporkan memijah seperti di Great Barrier Reef-Australia (Willis et al., 1985), Lombok NTB (Bachtiar, 2001), dan Laut Merah (Hanafy et al, 2009).
Spawning Karimunjawa
Penelitian dilakukan di Pulau Seruni Kepulauan Karimun jawa dengan titik koordinat (S 05º 51’ 39.9“, E 110º 35’ 07.3“). Sampling dilakukan sebanyak tiga kali seperti yang tersaji pada Tabel 2 dibawah ini.
Spawning Karimunjawa
Materi penelitian
Materi penelitian yang digunakan kali ini adalah koloni karang Acropora. yaitu Acropora gomezi, A. hyacinthus, A. humilis, A. formosa dan A. brueggemanni. Sampel diambil di perairan dangkal dengan kedalaman satu hingga satu setengah meter di Pulau Seruni Karimun Jawa.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah peralatan lapangan, seperti alat snorkling dan pengukur kualitas perairan tersaji dalam Tabel 3.
Spawning Karimunjawa
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui waktu terjadinya pemijahan masal di Pulau Seruni Kepulauan Karimunjawa Suryabrata (1992). Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bersifat ex post facto, karena itu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel serta variabel dilihat sebagaimana adanya.
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi menggunakan studi pertimbangan (purposive sampling method) yaitu penentuan lokasi pengambilan data berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti pada lokasi penelitian yang akan diamati dimaksudkan supaya data yang diperoleh dapat memberikan estimasi yang akurat sesuai tujuan penelitian.
Pertimbangan penentuan lokasi pengamatan mengacu pada sebaran ekosistem terumbu karang khususnya Genus Acropora yang terdapat di perairan Pulau Seruni. Penentuan lokasi juga di ditentukan berdasarkan kondisi perairan yang jernih dan tidak berarus kencang, yang secara teknis mempermudah untuk penganbilan sampel. Penelitian dilakukan di sisi timur Pulau Seruni. Lokasi penelitian merupakan daerah yang berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai, dengan kedalaman 1 sampai 1,5 meter, peta lokasi penelitian dapat dilihat pada (Gambar 3). Penelitian dilakukan di perairan dangkal, hal ini bertujuan untuk mendapatkan koloni Acropora sampel secara maksimal. Menurut Johan (2003), Genus Acropora berlimpah di daerah yang dangkal karena mendapatkan energi cahaya matahari yang cukup.
Pengambilan Data
a. Kelimpahan Karang Acropora
Penghitungan persentase tutupan karang penting dilakukan untuk melihat proporsi jumlah karang Genus Acropora terhadap jumlah keseluruhan karang di bagian timur Pulau Seruni.
Pengambilan data dilakukan dengan dasar metode Line Intercept Transect (LIT), metode ini merupakan teknik yang dikembangkan dalam ekologi tumbuhan terrestrial dan diadopsi / diterapkan dalam ekologi terumbu karang (English et al, 1997). English et al (1997), menyebutkan bahwa metoda transek perpotongan garis ini digunakan untuk mengestimasi penutupan obyek atau kumpulan obyek (dalam hal ini karang) yang ada di area tertentu dengan cara menghitung panjang bagian yang dilalui transek. Selanjutnya transek dipasang sejajar garis pantai sepanjang 100 meter. Metode ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan genus karang Acropora di suatu wilayah.
Pengamatan LIT ini dilakukan dengan berenang menggunakan alat skin dive (snorkeling) pada kedalaman 1 meter. Pengambilan data pada perairan dangkal diasumsikan bahwa karang Acropora biasanya tumbuh dengan baik karena mendapatkan energy cahaya matahari yang cukup.
Pengamatan dilakukan dengan cara mencatat genus karang yang ditemukan sepanjang transek garis. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan sabak dan pensil. Koloni karang yang berada di bawah garis transek diukur dengan mengikuti pola pertumbuhan koloni karang dengan ketelitian mendekati sentimeter.
b. Pengambilan Sampel
Sebelum dilakukan pengambilan sampel langkah awal yaitu melihat kondisi kerapatan karang Genus Acropora secara visual di Pulau Seruni Karimun Jawa dengan cara snorkling. Sampel diambil pada kedalaman antara 0.5 – 1.5 meter dikarenakan pada kedalam tersebut banyak terdapat karang Genus Acropora.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Hanafy et al (2009), yaitu dengan cara mengambil karang Genus Acropora di satu titik lokasi secara acak berdasarkan jam berenang.
Menggunakan alat bantu tang potong cabang karang Genus Acropora dipotong 3-5 cm dari ujung cabang. Guna melihat kematangan telur satu koloni karang, diambil maksimal 3 cabang dengan ketentuan jika cabang pertama dan kedua belum memperlihatkan ciri-ciri matang telur (Lampiran 3). Karang yang telah diambil datanya kemudian diberi tagging agar tidak terjadi pengulangan dalam pengambilan sampel.
Dokumentasi dilakukan sesudah mengidentifikasi status reproduksi sampel pada setiap koloni. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan sabak dan pensil. Proses pencatatan kondisi status reproduksi dilakukan dalam air secara langsung setelah cabang dipatahkan. Hal ini dilakukan agar kondisi telur pada karang tidak lepas dari cabang akibat terkena arus. Setelah mendapatkan hasil, koloni diberi tagging menggunakan kertas mika yang telah diberi nomer dan cable ties (klem plastik) untuk merekatkan mika pada cabang koloni.
Metode Analisa Data
a. Persentase Tutupan Karang
Persentase penutupan karang hidup diperoleh dari jumlah persen penutupan karang batu dan karang lunak sepanjang transek. Menurut English et al (1997), Persentase penutupan koloni karang ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan,
ni = Persentase penutupan koloni karang (%)
li = Panjang koloni karang per panjang transek garis (cm)
L = Panjang total transek (cm)
Pembagian kategori penutupan karang sesuai dengan pendekatan Gomez dan Yap (1988) adalah:
75 – 100 % : sangat baik
50 – 75% : baik
25 – 50% : sedang
0 – 25% : buruk
Hasil penutupan karang hidup yang tinggi menunjukkan keberadaan terumbu karang di daerah tersebut dalam kondisi sehat.
b. Penentuan Identifikasi Spesies Acropora
Penentuan jenis karang dilakukan dengan cara identifikasi visual menggunakan software Coral ID dan juga buku Acropora Staghorn Coral (Wallace, 2000). Proses identifikasi karang Acropora dilakukan setelah mendapatkan sampel di lokasi penelitian. Dengan cara mencocokkan bentuk fisik dan ciri-ciri pertumbuhan karang Acropora sampel yang berada di lokasi penelitian dengan Spesies Acropora yang terdapat di software Coral ID dan buku Acropora Staghorn Coral.
c. Penentuan Tingkat Kematangan Telur
Penentuan tingkat kematangan telur dilakukan sesuai prosedur Hanafy et al (2009), yaitu kondisi reproduksi ditentukan berdasarkan warna oosit (1) oosit matang (pigmented: warna merah, kuning, oranye); (2) oosit belum matang yang berwarna putih atau terlalu kecil sehingga tidak terlihat oleh mata dan (3) tidak ada oosit atau belum memasuki masa reproduksi. Gambar oosit matang/ pigmented dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.
Telur Karang Karimunjawa
Gambar 4. Warna telur matang saat spawning karang di Singapura (Stoddart dan Gilmour, 2004)
Untuk Metode Persentase Status Reproduksi akan bersambung di artikel selantjutnya.
Posting Komentar untuk "Menganalisa Spawning di Karimunjawa"
Selamat datang di Biro Wisata Kurnia Karimunjawa Tour Travel, Silahkan Bertanya Disini